Ratusan ton pisang pisang masuk bali setiap hari | UD. tani mandiri buleleng tidak takut dengan produk pisang lokal buleleng akan bisa bersaing
Kebutuhan yang tinggi membuat ratusan ton pisang masuk Bali setiap hari. UD. Tani mandiri buleleng kelompok petani kebun pisang di buleleng bali satu2 nya dengan luas lahan 50 hektar, tidak takut dan yakin produk pisang lokal buleleng akan bisa bersaing
DENPASAR, NusaBali
Mulai kebutuhan untuk upacara atau hari raya keagamaan, konsumsi rumah tangga, hingga kebutuhan industri sektor pariwisata dan lainnya membuat jual beli pisang terasa menggairahkan. “Tiap hari pembelian ramai. Lebih-lebih jelang hari raya Galungan – Kuningan dan hari raya lainnya di Bali,” ujar Gofur, seorang pedagang di kawasan Pasar Anyar Sari, Jalan Kargo di Padangsambian Kaja, Denpasar Barat, Senin (25/6).
Gufor menuturkan, untuk memasok kubutuhan itulah, berton-ton pisang didatangkan ke Bali. Salah satu lokasi droping terbanyak adalah pasar buah Anyar Sari, yang merupakan salah satu pasar sentral dan grosir buah terbesar di Bali. Berton-ton pisang tersebut didatangkan dari Jawa, NTB, hinggga NTT. “Terutama dari Flores yang belakangan semakin banyak,” tambahnya. Sedang pisang dari produksi lokal Bali, tidak memadai karenanya tidak dapat memenuhi kebutuhan pisang yang tinggi.
Gufor menuturkan, untuk memasok kubutuhan itulah, berton-ton pisang didatangkan ke Bali. Salah satu lokasi droping terbanyak adalah pasar buah Anyar Sari, yang merupakan salah satu pasar sentral dan grosir buah terbesar di Bali. Berton-ton pisang tersebut didatangkan dari Jawa, NTB, hinggga NTT. “Terutama dari Flores yang belakangan semakin banyak,” tambahnya. Sedang pisang dari produksi lokal Bali, tidak memadai karenanya tidak dapat memenuhi kebutuhan pisang yang tinggi.
Namun karena terbentur biaya pengiriman, karena jaraknya jauh, kiriman pisang dari Kalimantan tak berlanjut. Kiriman pisang yang saat ini rutin, kata Sudarma, dari Jawa .Antara lain Banyuwangi. Sedang dari provinsi NTB adalah dari Lombok, dan dari Flores di Provinsi NTT.
Meski pasang surut, namun bisnis jual beli pisang menurut Sudarma cukup stabil. “ Selain untuk bahan banten, kami juga melayani untuk bisnis gorengan,” tambah Sudarma.
Ragam keperluan pisang itulah, dikatakan Sudarma menjadikan perdagangan pisang dirasa menyenangkan. “Karena tetap bisa berjualan,” ujar Sudarma menunjuk barang dagangannya, aneka jenis pisang. Mulai dari pisang kepok, pisang raja, pisang susu dan lainnya.
Di balik bisnisnya yang ‘menggiurkan’ tersebut, pasokan pisang juga kadang seret. Salah satu sebabnya, serangan virus sejak beberapa waktu belakangan. “Kita di Bali menyebutnya dengan istlah AIDS pisang,” tunjuk Sudarma, merujuk kondisi pisang tiba-tiba merangas.
Gejalanya batang dan akarnya diserang borok-borok, batang dan daun melayu, hingga buahnya mengerut dan daging buahnya bercak-bercak hitam dan mengeras mengering. Tanaman pisang di Bali sudah kerap kena, sehingga kian mengurangi produksi pisang Bali yang memang tidak banyak. “ Sedang dari daerah lain seperti Flores masih aman,” ungkap Sudarma. Dia juga memastikan kebutuhan pisang di Bali tinggi, sehingga berton-ton pisang dari luar daerah didatangkan. *k17